hamster

13 Mar 2013

KERAJAAN SYAFAWIYAH di PERSIA


KERAJAAN SYAFAWIYAH di PERSIA
1.      Sejarah  Berdirinya Kerajaan Syafawiyah.
Daulah Syafawiyah berasal dari sebuah gerakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Ishak Syafiuddin (1252-1334) yang berpusat di Ardabil, sebuah kota di Azerbijan. Tarekat Safawiyah ini didirikan bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani di Turki.[1]Sebagai pendiri kerajaan, Safiuddin dikenal sebagai pribadi yang agamis. Ia merupakan keturunan Musa al-Kazhim yang terkenal sebagai imam Syi’ah yang keenam. Setelah ia berguru dengan Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi dan menjadi menantunya, ia mendirikan tarekat Safawiyah pada tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf  berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar.[2]
Selama periode Syafawiyah di Persia, persaingan antara Turki dan Persia semakin nyata untuk mendapatkan kekuasaan. Namun demikian Ismail merasa bahwa saingan terberat adalah Sultan Turki Utsmani, Salim 1. Penyebab ketegangan antara kedua penguasa Muslim (Salim: Sunni dan Ismail: Syi’ah) berasal dari kebencian Salim dan ajaran Syi’ah yang ada didaerah kekuasaannya. Fanatisme Salim membuatnya membunuh 40.000 orang yang dicurigai dan didakwa telah mengingkari ajaran Sunni.[3]
Ketegangan kedua penguasa ini berakhir pada peperangan Chalddiran, Tibriz (6 september 1514M). Persia dipimpin oleh Shakh Ismail menjalankan perang dengan turki, sang shakh mengadakan persahabatan dengan Portugis yang ada di India untuk menyerbu Turki dan Mesir dan akhirnya shah dapat mempertahankan Persia.
2.      Kesultanan Kerajaan Syafawiyah
Pada 1524, shah Ismail wafat. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah utara Tranxsosiana sampai teluk Persia di wilayah selatan. Afganistan dibagian Timur hingga dibagian Barat sungai Eufrat. Setelah ituShah Tamasp putranya diangkat menjadi raja. Pada tahun 1554 M. Dia menjadi penguasa yang paling lama berkuasa di kerajaan Syafawiyah. Setelah ia meninggal dunia, terjadilah benturan antara pangeran syafawi dengan Suku Kijilbash.Tetapi yang paling dekat dengannya adalah anak ke-limanya yaitu Pangeran Haedar Mirza, kedekatan ini yang membuatnya mengumumkan dirinya menjadi pangeran, inilah yang membuat orang Kijilbash menjadi keberatan, akhirnya Haedar Mirza terbunuh.
Kemudian naiklah Ismail Mirza sebagai pangeran yang terkenal sangat kejam dan rakus pada tahun 1576. Dia membunuh delapan pangeran dan lima belas keluarga kerajaan. Pada saat kematiannya rakyat merasa senang karena terbebas dari kediktatorannya. Kemudian Ia digantikan oleh Muhammad Mirza (anak sulung dari Shah Thamasp) yang dijuluki dengan Shah Muhammad Khuda Bandah. Pada periode ini tidak ada kemajuan yang berarti.
Setelah periode ini naiklah Shah Abbas yang pada saat itu berusia enam belas tahun. Ia sangat terkenal dan berhasil menarik simpati rakayatnya dan Ia berhasil menstabilkan kondisi pemerintahan. Abbas I menempuh langka yaitu:
ü  Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizibasy atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang terdiri atas budak-budak.
ü  Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani.
Pada periode ini kamjuan ilmu politik dan ekonomi sangat pesat. Salah satu bukti kamjuannya adalah bangunan Cahel Sultun yang terdiri atas empat puluh pilar yang kokoh, disanalah kerajaan Syafawiyah. Disisi lain puisi dan filsafat juga mendapatkan perhatian pada periode ini. Lembaga-lembaga pendidikan Syi’ah juga berkembang dengan subur. Banyak sekolah yang dibangun oleh kerajaan Syafawiyah di Isfahan, Siraj dan Mushad.
Hancurnya Syafawiyah dimulai sejak wafatnya Abbas I, tetapi kehancuran total mulai terlihat ketika Khalifah Sulaiman berkuasa. Ia balas dendam karena rezim Syi’ah melakukan pemerasan dan penindasan terhadap rakyat, termasuk pemaksaan terhadap ulama dari golongan Sunni agar menerima ajaran Syi’ah. Dan puncak kehancurannya teradi saat kekuasaan Shah Sultan Husein II.
Pemimpin selanjutnya adalah Karim Khan yang merupakan pimpinan koalisi kelompok kesukuan Zand di Iran Barat. Rezim ini berlangsung secara efektif dari tahun 1750-1779. Selama periode ini Iran berada dibawah dominasi ekonomi dan politik dari kekuatan Barat, khusunya Inggris dan Rusia. Campur tangan bangsa-bangsa Eropa terhadap Iran datang dalam bentuk penaklukkan dan pengukuhan pengaruh mereka melalui persaingan antar kekuatan Eropa terutama Inggris dan Rusia.

Pada 1925, muncullah  Dinasti Pahlevi yang dipimpin oleh Reza Khan setelah mengusir Ahmad Ali Shah penguasa dari Dinasti Qajar. Kemudian dia secara resmi memakai mahkota Iran. Pada masa inilah Iran mengalami kemajuan yang cukup pesat di berbagai bidang, kemudian dia mengangkat puteranya yang bernama Muhammad Reza sebagai shah-e-Iran. Pada masa ini ia berhasil menasionalisasikan Anglo Iranian Oil Company menjadi milik Iran pada tahun 1951, melalui pengesahan di parlemen. Kekuasaannya lama sampai pada akhirnya muncullah revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomaini.
3. Kemajuan Peradaban Islam di Persia
Kebudayaan dan peradaban memiliki arti yang hampir sama tetapi terdapat perbedaan dalam hal perwujudannya. Demikian juga dengan kemajuan peradaban Islam di Persia.Keberhasilan raja Abbas I dalam merebut kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya menjadi tolak ukur kemajuan peradaban Islam di Persia khususnya dalam bidang politik. Selain kemajuan di bidang politik, raja Abbas I juga telah membawa peradaban Islam menuju masa keemasan di bidang yang lainnya seperti ekonomi, ilmu pengetahuan dan pembangunan.
Di bidang ekonomi, raja Abbas I berhasil mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pusat perdagangan yang berada pada jalur penghubung antara Timur dan Barat. Sedangkan di dunia IPTEK, Persia masa itu berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan handal seperti Baha al-Din al-Syaerazi, Sadar al-Din al-Syaerazi (filosof) dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah. [4]
Pada masa kejayaan ini kerajaan telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah, seperti masjid-masjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun. Pada pintu masjid ini terdapat lapisan perak yang membuat masjid ini terlihat begitu megah.
4.  Kemunduran dan Kehancuran.
Sepeninggal Abbas I Syafawi dipimpin oleh Sultan-Sultan yang tidak mampu mempertahankan kemajuan Syafawi. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yang antara lain sebagai berikut:
§  Ketegangan dan konflik dengan Turki Usmani yang keberadaannya jauh lebih besar dan kuat daripada Syafawi.
§  Keadaan para sultan yang lemah dan tidak efektif memimpin. Abbas II adalah raja yang gemar minum-minuman keras demikian juga sultan-sultan setelahnya yang memaksakan kehendak terhadap rakyatnya sehingga banyak pemberontakan yang menyebabkan kerajaan runtuh.
§  Kelemahan para sultan ditambah dengan melemahnya semangat pasukan budak-budak yang direkrut Abbas I, membuat Syafawi semakin.
§  Dekadensi moral khusunya dilingkungan Istana juga menyebabkan merosotnya pamor Syafawi dimata rakyatnya.
  Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut Diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan abas III (1733-1736) pada masa raja-raja tersebut kerajaan safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Sebab-sebab kemunduran Kerajaan Safawi, antara lain:
1.      Para Pemimpin yang lemah.
Safi Mirza, cucu abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh abbas I segera menurun. Kota Qondahar (sekarang termasuk wilayah afganistan ) lepas dari kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh kerajaan mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan, sementara baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
2.      Para Pemimpin suka minum-minuman keras.
Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti sulaiman ini meberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadapa penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni Afhganistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.
3.      adanya dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpin. Hal ini juga turut mempercepat proses kehancuran kerajaan Safawi.
4.      konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang beraliran Syi’ah. karena pasukan ghulam (pasukan budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.
5.      adanya konflik internal kerajaan, dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
KEMAJUAN PERADABAN ISLAM MASA KERAJAAN SAFAWI
1.      Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi masa Abbas memacu perkembangan ekonomi safawi, terutama setelah kepulangan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sektor perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur (Fertille Crescent).
2.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga tradisi keilmuan terus berlanjut.
3.      Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan ini ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini.


[1]Mansur,  Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah ,(Yogyakarta: Global   Pustaka Utama, 2004), hal. 62.

[3]Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 306.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar