KERAJAAN TURKI USMANI
A.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki
Usmani
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki
Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa
Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa
orang-orang utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu
sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Byzantium
(romawi timur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian
wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung
thurus sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kaum muslim
belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali
usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463
H yang dimenangkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang atas
romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat
itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi
saljuk.
Anatolia kemudian jatuh ke tangan
Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi, maka terjadilah peperangan
antara Mongolia dan kaum muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah
kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir
Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai
pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia, pemerintahan
utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.[1]
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada
kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam
dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu,
kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak.
Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu
kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan
Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama
putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada
tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani
atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila
Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian
pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke
Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh
Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium.
Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin
dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat
sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari
Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka
mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan
Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di
Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu
kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289
M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324),
atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan
Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam
kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas
wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki
Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai
penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai
Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia
memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan
Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek
taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan
sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk
Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai calon
pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan
kemampuan dan bakat anaknya masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang
potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan
kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin
(kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik
oleh ayahnya. Sasaran Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah
penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun
1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.
B. RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan
turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun
demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh
saja, diantaranya:
1.
Sultan Ustman bin Urtoghal
(699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke
Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar
sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang
dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan
memajukan negerinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk
memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
·
Masuk Islam
·
Membayar Jizyah; atau
·
Berperang
Penerapan
sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang
tunduk kepada Usman.
2.
Sultan Urkhan bin Utsman
(726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan
menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan
Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil
mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang
dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi
dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali
dipergunakan senjata meriam.
3.
Sultan Murad I bin Urkhan
(761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan
keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan
bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian
dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda
(Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia,
Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota
yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas.
Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir
kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan
Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh
pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya
pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia
Monatsir, dan Saloniki.
4.
Sultan Bayazid I bin Murad (
791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya
dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil
dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya,
sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan
terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal
terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu
terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid.
Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid
dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama
putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara
itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk
di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini
berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
5.
Sultan Muhammad I bin
Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa
Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain
berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki
Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid
dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali
negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat
mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan
menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat.
Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh
kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
6.
Sultan Murad II bin Muhammad
( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh
Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I.
Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah
yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang
dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara
Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II
menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya
yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada
akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai
akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7.
Sultan Muhammad Al-Fatih
(855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan
Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia
diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad
Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat
menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah
kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam
sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad
Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam
yang dipimpin Muhammad. Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
Ø Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan
berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
Ø Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Ø Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan
pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk
menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir
Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng
Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada
zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk
menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup,
dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke
tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara
Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya
Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat
ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki
Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota
Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh
penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan
Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam
dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III,
dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam
Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar
kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang.,
sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki
Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.
Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri
kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877
M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
C.
KEMAJUAN
TURKI USMANI
1.
ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326
M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M).
Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan,
sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan
mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa yaitu,
Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara
1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M)
pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negeri dan melakukan
perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian
menjadi ibu kota kerajaan baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian
utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara
Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan,
hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di
pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid
naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai
Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M,
memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi
musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu
dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M
pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan
Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di
tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia
memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal,
terjadi perebutan kekuasaan di antara putra –putranya (Muhammad, isa dan
sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421
M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali
kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol,
terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal
dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga
mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih
(1451-1484 M) putra Murrad II. Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia
dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah Beliau
meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan
Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada
penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia
mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520
M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan
pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga
menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal ,
Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang
mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil
menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis.
Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut
Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak,
Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
2.
ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu
itu di antaranya :
ü Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
ü Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan
pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
3. ASPEK ILMU PENGETAHUAN
a)
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah
tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan
Bidang ilmu pengetahuan kurang begitu menonjol, tidak seperti
Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat
yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu
pengetahuan memdapat cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak
kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan
akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula dengan
desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi
telah terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum serta bersistem
jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah
dan akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari
perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan
perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan
peminjan.
b)
Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah
dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia
dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah
masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang
diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi
al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi.
Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi
pasien tatkala terjadi operasi bedah.[2]
D.
RUNTUHNYA
KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor
Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574)
telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman
keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya
semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani
menderita kekalahan dalam penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam
pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada
tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar
Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.[3]
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul
Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan
Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta
memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan
laut putih.
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan
turki usmani adalah:
Faktor internal
§ Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan,
sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
§ Heterogenitas penduduk dan agama.
§ Kehidupan istimewa yang bermegahan.
§ Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada
sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
Faktor Eksternal
§ Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada
kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut.
Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
§ Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang
persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan
senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan
senjata yang lebih maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan
kehancuran turki tersebut, hal ini berawal dari orang-orang arab yang
menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka berada dalam dilema yaitu mereka di
sisi lain ingin menghormati turki sebagai cerminan persatuan kaum muslimin, di
sisi lain mereka mempunyai landasan berfikir ingin memerdekakan diri dari
kerajaan turki tersebut.[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar